Rabu, 23 Januari 2013

Understand me…!!!


            “Kak?”, kataku lirih.
            “Iya de, kenapa?”, jawabnya sembari mengusap rambutku lembut.
            “Kakak udah punya pacar baru ya?”, tanyaku sambil menggenggam tangannya erat. Hatiku galau. Aku takut kehilangan kakak, meski dia bukan kakak kandungku. Tapi dia begitu berarti untukku.
            “Kamu tau dari siapa coba?”, ujarnya dengan tawa yang menunjukkan giginya yang putih nan rapi.
            “Ya kakak ga perlu tau. Tapi benar kan?”, desakku padanya. Dia kembali mengusap rambutku. Aku tak tau apa yang ada dipikirannya saat ini.
            “Ahh sok tau kamu”, hanya jawaban-jawaban singkat yang keluar dari mulutnya.
            “Setelah kakak mendapatkan seorang lebih baik dariku, Apa kakak akan meninggalkan aku?”, pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Aku hanya ingin dia tetap menjadi kakakku yang dulu, aku tak ingin sikapnya berubah jika memang dia mempunyai pacar baru.
            “Ngaco kamu ahh…”, jawabnya dan lagi-lagi dengan tawanya yang riang.
            “Aku ga ngaco, kalau memang kakak punya pacar baru ya silahkan. Yang penting kakak ga melupakanku. Itu aja”, aku menjelaskan keinginanku yang sebenarnya.
            “Tenang aja… Liat aja nanti, apa aku akan ngelupain kamu?”, ucapnya yakin.
            “Oke, aku akan buktikan. Awas kalau kakak berani ngelupain aku”, jawabnya sembari tertawa riang.

            Sore ini Pantai Kukup lebih sepi dari biasanya. Kami duduk di atas pasir putih halus di tepi pantai. Kami sering menghabiskan waktu disini, hampir setiap minggu kami kemari. Tapi, sudah beberapa minggu ini kami jarang pergi berdua. Ku dengar kabar kalau kakak sedang dekat dengan seseorang. Tapi ku tak tau pasti siapa dia. Hatiku hancur dibuatnya, aku tak ingin kehilangan kakakku. Mungkin terdengar egois, tapi itu karena aku sayang kakak. Kakak yang selalu ada untukku. Dia selalu berada disampingku disaat aku membutuhkannya. Dia tak pernah meninggalkanku sendiri.

            Tapi semua seperti tak begitu menyukai kedekatanku dengan kakak. Aku tak mengerti dengan jalan pikiran mereka. Apa yang salah? Atau aku yang salah karena terlalu dekat dengan kakak tanpa kepastian?. Entah..

            “Kak, janji sama aku ya?”, aku kembali berusaha meyakinkan kakak.
            “Janji apa?”, jawabnya.
            “Gimanapun keadaannya, kakak tetap sayang aku”, aku meyakinkannya agar dia tetap meluangkan waktu bersamaku walau suatu saat nanti dia mempunyai penggantiku.
            “Iya, kamu kan adekku”, DEG! Lagi-lagi kata itu. Hanya sebagai adik, dia hanya menganggapku sebagai adiknya saja, tak lebih. Aku hanya bisa tersenyum kecut.

            Senja semakin turun menyelimuti. Menikmati sunset bersama kakak adalah hal yang paling menyenangkan. Melihat matahari yang terbenam perlahan, rasanya indah. Menikmati kekuasaan-Nya sekaligus menikmati ciptaan-Nya yang berada disampingku saat ini. Ahh, rasanya ingin berlama-lama disini bersama kakak. Dan sejak itu, malapetaka dimulai.
*******

            Siang ini kakak berjanji akan menjemputku disekolah. Setelah bel pulang sekolah berbunyi nyaring, aku bergegas keluar kelas. Kakak telah menungguku di gerbang sekolah. Dari kejauhan ku lihat dia melambaikan tangan. Dari raut mukanya aku tau, kalau dia sedang bahagia. Ada apa? Entahlah…

            “Hmm… Lagi bahagia ya kak? Ada apa sih? Cerita dong…”, tanyaku begitu berada disampingnya. Yang ditanya hanya tersenyum.
            “Pokoknya aku bahagia banget hari ini. Aku jatuh cinta sama dia. Aku baru pernah sebahagia ini. Dia berbeda dari yang lain”, jawabnya dengan hati berbunga-bunga, tapi hatiku hancur seketika.
            “Dia siapa kak?”, aku mulai tak bersemangat mendengarkan celoteh kakak.
            “Ada dehh… Kapan-kapan ku kenalin ke kamu. Kalau sekarang masih pedekate aja kok. Intinya dia baik banget”, kakak mengungkapkan semua isi hatinya. Kakak bisa tersenyum lebar kalau menceritakan orang itu. Sepertinya aku tak ada apa-apanya dibandingkan orang itu.
            “Kakak sayang sama dia?”, aku ingin tau, seberapa besar rasa sayang kakak kepada orang itu. Apa lebih besar dari rasa sayangnya padaku?
            “Ya iyalah. Aku sayang banget sama dia. Lagian aku klop kalau ngobrol sama dia”, jawabnya santai. Bisa ku lihat  dari pancaran mata kakak menunjukkan kasih sayang yang begitu tulus.
            “Lebih baik daripadaku?”, tanyaku singkat. Rasanya dongkol mendengar curahan hati kakak yang terlihat begitu bangga dengan orang itu.
            “Ya engga lah, kamu tetap the best de”, jawabannya tak begitu memuaskanku.
            “Kalau aku the best, kenapa kakak pilih orang lain?”, pertanyaanku seolah-olah memojokkannya.
            “Ya kan beda de… Kamu kan adekku”, kata itu lagi yang terlontar. Menambah pedih hati ini.
            “Pulang yuk… Kakak anter kamu pulang”, lanjutnya seperti mengalihkan pembicaraan.

            Aku menurut saja. Kakak mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan, kami hanya bisa terdiam. Aku masih enggan untuk berbicara dengannya. Pada akhirnya, kakak pasti hanya akan membahas tentang gebetan misteriusnya. Sesampainya di rumah, aku hanya berdiam diri di kamar. Tak memedulikan pertanyaan-pertanyaan mama. Sedangkan kakak langsung pulang. Dia bilang ada urusan penting. Sepenting itukah sampai tak menyempatkan sedikit waktu untuk sekedar menyapa mama?.

            Aku tak habis pikir, apa kurangku dimata kakak, sampai-sampai dia memilih orang lain. Aku masih belum siap kehilangannya. Selama ini aku hanya mendapat posisi aman, sebagai adiknya. Entah bagaimana hubungan kami kalau kakak sampai tau perasaanku sebenarnya kepadanya. Aku tak bisa membayangkan, mungkin saja dia akan pergi menjauh dari hidupku.

            Kalau dibandingkan dengan pacarku dulu, kakak jauh lebih baik. Bukan pengkhianat seperti pacarku dulu. Tapi, orang tuaku tak terlalu senang melihatku banyak menghabiskan waktu bersama kakak.

*******

            Sedari pagi aku membuntuti kakak diam-diam. Aku terus mengikutinya kemanapun dia pergi. Kakak juga sepertinya tak tau kalau aku mengikutinya. Sampai akhirnya kakak menuju suatu tempat, akupun tak tau nama tempat itu. Jaraknya lebih dari 10km dari rumahku. Kakak seperti menunggu seseorang. Selang beberapa menit, orang yang kakak tunggu datang. Diakah orang yang kakak maksud?. Diakah orang yang akan menggantikan posisiku dihati kakak?.

            Kakak terlihat mengobrol hangat dengan orang itu. Aku melihat dari persembunyian yang jauh dari tempat mereka berada. Jarak yang jauh untuk mereka melihatku. Semakin lama, rasa cemburu ini semakin membuncah. Aku ingin keluar dari persembunyianku, tapi niat itu ku urungkan. Dari kejauhan ku lihat mereka tertawa bahagia. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.

            Sudah lebih dari setengah jam aku memperhatikan mereka. Aku ingin keluar dari persembunyianku dan menghampiri mereka. Akhirnya ku putuskan untuk keluar dan berjalan mendekati mereka. Kakak terlihat kaget melihatku.

            “De, kamu ngapain disini?”, sontak kakak terlihat kaget dengan kehadiranku.
            “Kamu buntutin kakak?”, lanjutnya.
            “Iya, aku buntutin kakak daritadi pagi. Jadi ini orang yang kakak maksud?. Cowok ini yang membuat kakak menjauh dariku?”, emosi yang tertahan sekian lama akhirnya ku lampiaskan hari ini.
            “Maksudmu apa buntutin kakak?! Kakak ga suka caramu kayak gitu”, nadanya mulai meninggi.
            “Aku cuma pingin tau, sehebat apa orang yang kakak maksud. Benar cowok ini yang kakak maksud?”, nada bicaraku juga ikut meninggi.
            “Iya, ini Aldy. Dia orang yang ku maksud”, jawaban itu justru membuat hatiku semakin hancur.
            “Dara sadarlah… Kak Dian cuma anggap kamu adek. Ga lebih… Aku bahagia bersama Aldy. Kita ga mungkin bersatu. Tolong pikir dengan logika”, lanjutnya. Jawaban yang membuatku semakin terpojok.
            “Iya Dara, Dian udah cerita semua. Kalian tuh sama-sama cewek. Selama ini Dian berusaha merubahmu, tapi dia merasa gagal. Semakin hari kamu semakin, ya beginilah. Dian tak ingin kamu selamanya begini. Cobalah berubah… Di luar sana masih banyak cowok yang baik, yang bisa ngerti kamu. Jangan anggap semua cowok sama seperti mantanmu. Bukalah hati kamu. Bukan gini caranya”, timpal Aldy. Dia ikut menasehatiku.
            “Oke, jadi kalian anggap aku ga normal?!”, emosiku semakin meledak-ledak.
            “Bukan gitu, kamu harusnya ngerti. Kamu harus berubah, jangan selalu menutup hatimu. Benar yang Aldy bilang tadi, masih banyak cowok yang baik di luar sana. Jangan bertindak aneh-aneh. Apalagi sampai kamu suka sama kakak. Itu ga mungkin”, kakak ikut menimpali. Aku benar-benar terpojok.
            “Kalian ga pernah ngerti posisiku. Kalian ga pernah ngerasain jadi aku. Gimana rasanya ga diterima dimanapun. Gimana rasanya dikhianatin. Kalian itu beruntung”, air mataku mulai menetes. Pikiranku kacau.
            “Kita ngerti, kita tau gimana rasanya dikhianatin. Kita semua juga pasti pernah dikhianatin”, giliran Aldy yang menjawab perkataanku tadi.
            “Tapi kalian diterima dimanapun. Sedangkan aku? Kehadiranku seperti tak dibutuhkan. Mereka cuma anggap aku angin lalu. Sakit rasanya…”, aku semakin terisak.
            “Kamu cuma butuh waktu buat menyesuaikan diri dengan mereka. Mereka akan menerima kamu kalau kamu mau berbaur dengan mereka. Setiap orang pasti menerima kamu kok de”, kata Kak Dian melengkapi jawaban Aldy.
            “Terserah kalian… Kalian bisa ngomong gitu karena kalian ga ngerasain apa yang aku rasain”, aku tetap pada pendirianku.
            “Ya udah. Intinya, kita itu sesama perempuan Dara… Harusnya kamu ngerti itu. Berhentilah seperti ini. Sudah cukup kakak mengikuti alur hidupmu. Kakak tetap tak bisa menjadi sepertimu”, jelas kakak padaku.

            Aku terdiam dan semakin terisak. Cowok bernama Aldy itu terlihat sempurna dan sangat cocok dengan Kak Dian. Aku tak berhak merusak kebahagiaan mereka. Kak Dian berhak bahagia bersama Aldy, bukan denganku. Aku akan mencoba berubah seperti yang Kak Dian dan Aldy katakan tadi. Mungkin memang tak seharusnya aku seperti ini. Semoga di luar sana masih ada cowok yang menerima aku apa adanya.

            Dengan langkah gontai aku melangkah pulang. Menjauh dari kebahagiaan mereka. Biarlah mereka bahagia. Karena selamanya aku akan tetap menjadi adiknya. Karena aku hanya seorang perempuan frustasi yang tak bisa lagi percaya dan mencintai laki-laki.

THE END

            *Mungkin beginilah gambaran seorang perempuan yang frustasi karena makhluk yang bernama lelaki. Bagaimana rasanya diberi asa lalu dihempaskan begitu saja. Pasti sakit rasanya. Dan seorang perempuan bisa melampiaskan kekecewaannya itu pada hal yang bisa dibilang salah.*

Purwokerto, 29 Oktober 2011


Minggu, 28 Februari 2010

Komputer Rakitan

Intel Pra Pentium 5
MSI LGA All in One
MSI PM8M3-V
DDR RAM 128 PC 2700
VGA SHARE 64MB
FLOPPY DISK DRIVE 1.44MB
HARDDISK 40 GB 7200 RPM
CASING E CASE 24 PIN 400 WATT
KEYBOARD + MOUSE PS2
CD ROM 56 X BENQ
SOUND CARD
MONITOR 15" ADVANCE
SPEAKER AKTIVE
LAN 10/100
MODEM 56 K INT
INTEL LGA 2.66 CEL Rp. 2.885.000;
INTEL LGA 2.66/64 Rp. 3.190.000;
INTEL LGA 2.8/64 Rp. 3.290.000;
INTEL LGA 3.0 Ghz Rp. 3.740.000;
MSI LGA Intel 915
MSI 915PLNeo V (Intel 915)
DDR RAM 128 MB PC 2700
VGA G FORCE 2 MX400 64MB
FLOPPY DRIVE 1.44 MB
HARDDISK 80 GB/7200 SATA MAXTOR
CASING Ecase 24PIN 400 WATT
KEYBOARD + MOUSE PS2 SCROLL
CD ROM 56X BENQ
SOUND CARD ON BOARD
MONITOR ADVANCE 15"
SPEAKER ACTIVE
LAN 10/100
MODEM 56K INT PROLINK ANTI PETIR
INTEL LGA 2.66 CEL Rp. 3.450.000;
INTEL LGA 2.66/64 Rp. 3.770.000;
INTEL LGA 2.8/64 Rp. 3.900.000;
INTEL LGA 3.0 Ghz Rp. 4.330.000;
ASUS LGA All in One
ASUS P5S800 VM
DDR RAM 128 MB PC 2700
VGA SHARE 64 MB
HARDDISK 40 GB/7200 RPM
FLOPPY DRIVE 1.44 MB
CASING Ecase 24 PIN 400 WATT
KEYBOARD + MOUSE PS2 SCROLL
CD ROM 56X BENQ
SOUND ON BOARD
SPEAKER AKTIVE
LAN 10/100
MONITOR 15" ADVANCE
MODEM 56 K Int
INTEL LGA 2.66 CEL Rp. 2.990.000;
INTEL LGA 2.66/64 Rp. 3.300.000;
INTEL LGA 2.8/64 Rp. 3.400.000;
INTEL LGA 3.0 Ghz Rp. 3.860.000;

ASUS LGA Intel 915

ASUS P5GPL-X
DDR RAM 256 MB PC 3200
VGA PIXEL GForce 6500 256MB
HARDDISK 80 GB/7200 RPM SATA MAXTOR
FLOPPY DRIVE 1.44 MB
CASING Ecase 24 PIN 400 WATT
KEYBOARD + MOUSE PS2 SCROLL
CD ROM 56X BENQ
SOUND ON BOARD
SPEAKER AKTIVE
LAN 10/100
MONITOR 17" GTC ULTIMATE
MODEM 56 K Int

INTEL LGA 2.66 CEL Rp. 4.060.000;
INTEL LGA 2.66/64 Rp. 4.370.000;
INTEL LGA 2.8/64 Rp. 4.470.000;
INTEL LGA 3.0 Ghz Rp. 4.930.000;

ASUS LGA Intel 915

ASUS P5GD2-X
DDR 2 RAM 256 MB PC 4200
VGA GFORCE 6500 256 MB
HARDDISK 40 GB/7200 RPM
FLOPPY DRIVE 1.44 MB
CASING SIMBADDA 24 PIN
KEYBOARD + MOUSE PS2 OPTICAL BENQ PUTIH
CD ROM 56X BENQ
SOUND ON BOARD
SPEAKER AKTIVE
LAN 10/100/1000 GIGABIT
MONITOR 17" GTC MILENIA FLAT
MODEM 56 K Int

INTEL LGA 2.66 CEL Rp. 4.060.000;
INTEL LGA 2.66/64 Rp. 5.030.000;
INTEL LGA 2.8/64 Rp. 5.130.000;
INTEL LGA 3.0 Ghz Rp. 5.590.000;

---------------DELIVERY ONLY---------------

Contact Us :
(021) 9311 2505, 0856 89 55 4 22

Email Us :

putramandiri05@yahoo.co.uk